Sejarah Songket Pandai Sikek
Kain Tenun Songket Pandai Sikek merupakan hasil karya seni
& kerajinan dari salah satu daerah di Sumatera Barat yang telah
dikenal hingga ke mancanegara dengan ciri khas keunikan serta kehalusan
motifnya. Kain tenun yang dibuat dengan berbagai macam motif dan bentuk
tersebut membutuhkan ketelitian serta kesabaran dalam proses pembuatan /
pengerjaannya. Benang emas yang terbuat dari logam merupakan bahan
utama dalam membentuk motif diatas bahan dasar kain (benang).
Pusat kerajinan Songket Pandai Sikek yang bisa Anda kunjungi salah satunya adalah Rumah Tenun Songket Pusako yang dikelola dan dibina oleh Ibu Hj. Sanuar.
Beliau ini telah menggali serta mengembangkan kembali kain tenun
songket sejak dari tahun 1972. Menurut cerita Ibu Hj Sanuar, (82 th),
beliau mempunyai dua orang nenek yang dikenal sebagai Inyiak Upiak
Gadang dan Inyik Upiak Ketek. Kakek beliau dari garis keturunan ibu ada
dua orang pula, yaitu Sutan Diateh dan Haji Abdul Rahman.
Keluarga Ibu Hj. Sanuar sudah lama bermukim di Jorong Baruh Nagari
Pandai Sikek, diperkirakan sudah sejak sekitar 250 tahun yang lalu
karena Nenek Rubiah Kayo adalah nenek kesembilan dari Ibu Sanuar, dan
beliaulah nenek yang pertama turun dari Tanjuang ke Baruah.
Di Rumah Tenun Songket Pusako Anda akan menemukan tenunan songket
Minangkabau yang halus dan bermutu tinggi, dengan motif-motif tua yang
penuh makna. Anda dapat membeli atau memesan sesuai kebutuhan. Atau Anda
bahkan akan di ajak ikut merancang corak dan warna tenunan yang Anda
inginkan!
Sejarah Tenun Songket Pandai Sikek
Berikut saya kutip mengenai sejarah tenun yang ditulis oleh Adyan Anwar.
” Motif-motif kain tenun Pandai Sikek selalu diambil dari contoh
kain-kain tua yang masih tersimpan dengan baik dan sering dipakai
sebagai pakain pada upacara-upacara adat dan untuk fungsi lain dalam
lingkup upacara adat, misalnya sebagai “tando,” dan juga dipajang atau
digelar pada waktu batagak rumah.
Sulit mengatakan siapa yang dapat
dikatakan sebagai master tenun hari ini; tetapi diantara ahli tenun yang
terkenal pada generasi sebelum kita ada nama-nama Sari Bentan, Namun,
Salamah di Baruah; Nuriah, Ipah, Pasah, Nyiah dan Jalisah di Tanjung.
Ada belasan orang master tenun di Pandai Sikek pada zaman itu. Akan tetap kira-kira seratus tahun yang lalu diyakin beberapa wanita Pandai Sikek sangat aktif dibidang usaha dan kerajinan menenuni ini sehingga nama julukan mereka yang terambil dari peralatan tenun lebih dikenal sampai sekarang. Diantaranya, dikenal nama-nama Inyiak Makau di Tanjuang, Inyiak Suri di Koto Tinggi, Inyiak Banang, dan Inyiak Karok.
Ada belasan orang master tenun di Pandai Sikek pada zaman itu. Akan tetap kira-kira seratus tahun yang lalu diyakin beberapa wanita Pandai Sikek sangat aktif dibidang usaha dan kerajinan menenuni ini sehingga nama julukan mereka yang terambil dari peralatan tenun lebih dikenal sampai sekarang. Diantaranya, dikenal nama-nama Inyiak Makau di Tanjuang, Inyiak Suri di Koto Tinggi, Inyiak Banang, dan Inyiak Karok.
Pandai Sikek,
sebagai “center of excellece” di bidang tenun songket waktu itu, tentu
wanita-wanitanya sudah mengerjakan juga berdasarkan permintaan tenunan
yang khas dari daerah-daerah lain seperti dari Pitalah di Batipuah, Koto
Gadang di Agam dan dari Sungayang dengan corak benang dan motif yang
spesifik dengan daerah tersebut, dan dikenal sampai sekarang sebagai
motif-motif Sungayang, motif Koto Gadang dan lain-lain.” » Sumber: Sejarah Tenun Pandai Sikek jj
assalamualaikum, ............ manyo komentar ko ndak ado se
BalasHapus