KISAH
MENYEDIHKAN KUCING-KUCING KU
Assalamu’alaikum
Wr.Wb
Berhubungan
dengan aku dalam keadaan berduka cita atas meninggalnya 4 ekor kucing-kucing
ku, disini aku akan berbagi sedikit cerita tentang kisah-kisah mengharukan
seputar kucing-kucing ku tersebut.
Aku punya
kucing perempuan, namanya Elizabeth panggilannya Helena, tapi kalau aku
memanggilnya tetap saja kuceh-kuceh atau chz-chz-chz seperti panggilan kucing
biasa lah. Helena adalah sejenis kucing kampung karok betina yang sangat suka
sekali digendong sama aku. Kita pertama kali bertemu ketika aku masih kelas 6
SD di tenda darurat waktu gempa tahun
2006. Mungkin karena dia dibuang oleh pemilik nya dahulu jadi dia menjadi
kucing liar yang berkeliaran kesana kemari tanpa tujuan.
Karena aku
sudah sangat lama sekali pengen punya kucing peliharaan, jadi dia kubawa pulang
untuk ku beri makan sampai ia merasa enjoy tinggal dirumahku. Sejak itulah
helena mejadi kucing peliharaan yang selalu menemaniku dikala aku sedang sedih
sendirian di kesunyian malam.
Layaknya
seperti kucing-kucing betina lainya, helena sangat hobi sekali beranak.
Kebiasaan buruknya itu membuatnya sering dimarahi oleh aku ataupun keluargaku.
Dari beberapa kali melahirkan, akhirnya dia meninggalkan seekor kucing betina
yang ku beri nama Dessy Sitinur Badriyah,panggilannya adalah Dessy atau Echy.
Dia sanga mirip sekali dengan ibunya, Helena. Dessy adalah anak satu-satunya
yang bisa bertahan dari kematian. Itulah yang membuat Helena sangat
memanjakannya bahkan hingga Dessy dewasa, Helena masih tetap menyusuinya.
Dessy
mirip sekali dengan Ibunya Helena
Helena tetap menyusui Dessy walaupun Dessy
sudah beranjak Dewasa
Foto-foto Dessy waktu msih kecil dengan
saudaranya
“Nde, banyak na kuciang ko, campak an lah ciek
induak nyo ko yoh, babawok kapanyalayan naknyo ko. Kuciang batino ko indak elok
dipaliharo doh, tiok sabanta baranak se nyo”. Sejak itulah aku tak pernah lagi
bertemu dengan Helena. Entah karena dia benar-benar dibuang, atau mungkin saja
dia minggat karena luka perasaan atas ucapan Amak ku tersebut.
Semenjak
kepergian Helena, semuanya jadi teralihkan kepada anaknya, Dessy. Dessy menjadi
satu-satunya harapanku untuk tetap bisa memelihara kucing. Dessy menjadi primadona
bagi kucing-kucng garong dikampungku. Itu mungkin karena populasi kucing betina
jauh lebih sedikit dibandingkan kucing jantan. Itulah yang membuatnya selalu
dikejar-kejar oleh kucing garong kapanpun dia berada diluar rumah. Sebenarnya Dessy
sudah memiliki pasangan sejati, namanya
Roberto, kucing kuning tampan yang merupakan anak dari Celine Dion, kucing
tetanggaku. Mereka sudah menjaling hubungan sejak mereka masih kecil.
Dessy Kiri / Roberto Kanan
Celine Dion (Ibu Roberto)
Sama halnyadengan
Helena,ibunya, Dessy juga hobi sekali beranak, namun tidak satupun diantara
anak-anaknya yang bertahan hidup. Untuk mengantisipasi kebiasaan buruknya itu
agar tidak terulang kembali, aku disarankan oleh tetangga untuk memberinya
pelajaran dan memarahinya dengan cara memukul telinganya dengan jari sewaktu
dia kedapatan berdua-duaan dengan kucing garong. Ternyata cara ini sangat
manjur dan terbukti Dessy tidak pernah lagi beranak dalam kurun waktu 3 tahun
terakhir.
Waktu terus
berjalan, kitapun sudah melalui hari demi hari bersama-sama. Pernah suatu
kejadian Dessy hilang dari rumah. Aku sudah mencarinya kemana-mana tetapi tetap
saja tidak ketemu. Apakah dia diculik? Mana ada orang yang mau menculik kucing
kampung karok jelek seperti itu, betina lagi. Atau apa mungkin dia mati?. Rasa
cemas dan kekhawatiran selalu luput manghantui pikiranku. Sudah seminggu
lamanya pencarian, tetap saja tidak menghasilkan apa-apa. Sudah dua minggu
kutunggu-tunggu, masih dia tidak pulang. Hingga pada akhirnya akupun mulai
pasrah untuk menerima semua cobaan ini. Walaupun agak berat, aku pun mulai
mencoba untuk melupakannya dari waktu ke waktu.
Pada minggu
ketiga, bertepatan pada malam Jum’at Kliwon, Dessy pulang dalam keadaan hamil tua. Bukannya
perasaan senang yang kurasakan atas kerinduan selama ini, melainkan perasaan
kekecewaan mendalam yang kudapati, Sh-sh Perihhhh..... sesak nafas didada.
Dengan wajah lugu tanpa dosanya itu, dia melangkah kedapur sambil
mengeong-ngeong mintak makan seolah-olah suatu hal tidak pernah terjadi. Dengan
rasa geram aku langsung kasih dia pelajaran “beraninya kau” lalu kupukuli,
kucambuk pakai lidi hingga dia ketakutan, lalu ku usir dia keluar rumah.
Tiga hari
lamanya aku selalu mengusirnya keluar rumah tanpa dikasih makan, tiga hari itu
pula dia tetap berusaha untuk masuk kedalam atau menunggu-nunggu di depan
pintu. Untuk mencegah dia melahirkan di dalam rumah, Amak ku akhirnya
membawanya keladang di kuok (tempatku berladang wartel), kebetulan disana ada sebuah
pondok kecil jadi dia bisa melahirkan disana, namun ajaibnya, besoknya Dessy
sudah ada saja di rumah sedang mintak-mintak makan. Setelah itu Amak ku mencoba
lagi untuk membawanya ke sawah di pandam (tempat aku menanam padi), tidak lama
kemudian dia langsung tiba dirumah kembali.Melihat kesungguhannya tersebut, aku
pun mulai merasa iba dan menyesal karena sudah keterlaluan memarahinya. Dan
akhirnya kubiarkan saja dia masuk.
Dessy
melahirkan di loteng rumah tepatnya didalam kardus yang sudah ku beri alas kain
buruak. Dia melahirkan 2 pasang anak kucing. Yang jantan pertama namanya Mida.
Yang kedua namanya Blacky, sebenarna aku kurang setuju kalau namanya Blacky
karena Mida berwarna lebih hitam dibandikan dia. Yang betina pertama kuberi
nama Mini-Dessy, karena dia mirip sekali dengan Dessy waktu kecil, tapi
panggilannya Mini. Matanya besar lucu
terbelalak terus dan bersih. Dan yang betina kedua namanya adalah Kurok, karena dia paling jelek diantara mereka
berempat, kurus, dan buta pula pada mata bagian kanan.
Mida dan Blacky tidur bersama-sama
Mereka semua
sangat hiperaktif dalam bermain kecuali Kurok. Dengan kondisinya seperti itu,
dia hanya bisa duduk-duduk di tempat yang agak tinggi melihat ke 3 teman-temannya
bermain bersama-sama. Dia sangat suka menyendiri karena takut diganggu oleh
saudara-saudaranya yang lain.
Pada saat
anak-anak Dessy tersebut sudah berusia sekitar 2 bulanan, mereka semua pada
mogok makan alias tidak punya selera makan dan minum sedikitpun. Akupun mulai
bertanya-tanya, kenapa? Why? How come? How could it be? setelah diselidiki
ternyata mereka semua sudah keracunan bingkaruang yang dibawa oleh induknya
pulang. Itu terlihat dengan mereka sering muntah-muntah berbusa setiap harinya.
Hal tersebut lah yang membuat nafsu makan dan minumnya menjadi tidak ada.
Satu persatu
anak desi mati kelaparan. Yang pertama mati adalah kurok. Dengan kondisi badan
yang memang sudah sakit itu membuatnya tidak sanggup bertahan. Dia ditemukan tewas dengan kondisi
badan nyaris tanpa daging di halaman rumah. Kurok dikuburkan di kebun belakang
rumah dibawah pohon mangga.
Mida yang
pada awalnya paling gendut diantara mereka jadi langsung memprihatinkan. Dari
berat 170 ons, menurun manjadi 450 ons. Pada malam harinya, ketika aku sedang
tertidur lelap, kira-kira pada pukul 03-00, Mida mengeong-ngeong menyedihkan
dikamarku seraya mintak tolong kepadaku. Akupun bagun seketika lalu mengabaikan
dia. Pagi besoknya ketika aku hendak membersihkan tumpukan kain dikamarku, aku
menemukan Mida sudah terkapar diatas tumpukan kain tersebut dalam keadaan
sekarat tanpa tenaga sedikitpun dan kesakitan karena kelaparan dan kehausan.
Aku sangat
merasa sangat bersalah karena telah mengabaikannya pada malam itu. Melihat
kondisinya yang sangat memprihatinkan itu aku pun merasa iba dan langsung
mencari akal bagaimana agar dia tetap bisa makan dan minum hingga nyawanya bisa
tertolong. Akhirnya aku dapat ide yaitu dengan menggunakan sarang suntikan
tinta printer kosong tanpa jarum ang sudah dibersihkan lalu membuatkannya
bubur. Tapi entah dimana salahnya, ketika kusintikkan bubur tersebut kedalam
mulut Mida, dia langsung tersendat-sendat kecekik dan langsung mati disaat itu
jua. Jasadnya kukubutkan disebelah kanan kuburan Kurok di kebun belakan rumah.
Dessy yang
tersadar akan kematian berturut-turut anaknya itu merasa sangat terpukul dan
sangat sedih. Setelah peristiwa itu, Dessy mulai bersikap over protective
terhadap sepasang anaknya yang tersisa yaitu Mini dan Blacky. Dessy bahkan rela
menghabiskan sebagian besar waktunya bersama-sama dengan anaknya dibandingkan
bermain keluar. Lambat laun, penyakit keracunan Mini dan Blacky mulai
menghilang, terutama pada Blacky. Dia sudah bisa kembali makan dengan lahap dan
berat badanya pun juga sudah naik drastis. Dia juga sudah bisa bermain
kucing-kucingan lagi bersama mini walau mini masih belum mau makan, tapi dia
sudah mau menyusu kembali pada ibunya, ya paling tidak itu bisa membuat
perutnya tidak kosong.
Dua hari
kemudian, entah apa yang terjadi pada Mini, dia acap kali muntah-muntah berbusa
dan tidak mau lagi menyusu pada induknya. Kondisi badanyya pun jauh lebih buruk
dari sebelumnya. Dalam keadaan kurus tulang belulang, dia akhirnya sekarat
terbaring sambil menghantam-hantam angin menahan kesakitan. Melihat
kondisi anak kesayangannya seperti itu, Dessy langsung menghampiri dan
memandikan mini dengan menjilati seluruh bagian tubuhnya dengan raut wajah yang
sangat sedih seraya minta tolong “selamatkan anakku”. Tepat dipangkuannya lah
akhirnya Mini berpulang ke Illahi. Mini dikebumikan diantara kuburan Mida dan
Kurok di kebun belakang rumah.
Kepergian
Mini ini pun menorehkan luka yang sangat dalam tidak hanya bagi Dessy sebagai
ibunya yang telah melahirkannya, tapi juga bagiku. Disamping itu Blacky menjadi
satu-satunya harapan yang tersisa bagi Dessy untuk bisa tetap punya anak dan
bagiku untuk bisa memiliki kucing jantan karena aku sudah menginginkan kucing
jantan dari dulu.
Namun suatu
hal yang buruk tidak pernah henti-hentinya datang padanya. Nafsu makan Blacky
juga hilang. Dia pun juga mulai sangat murung dan tidak diketahui jelas apa
penyebabnya, karena dia bisa dibilang sudah sembuh 98% dari keracunan itu. Sudah
kutunggu beberapa hari berikutnya dia masih tidak mau makan dan minum, setelah ku searching di google ternyata
penyebab kematian anak kucing paling banyak yaitu karena stress berat dengan
ciri-ciri anak kucing tidak mau makan, murung karena sedih dan kesepian, dan
tidak bersemangat untuk hidup. Ini sangat persis dengan apa yang sedang
dihadapi Blacky atas kematian teman-temannya. Dan pada akhirnya, Blacky pun
juga mati kelaparan persis ditempat dimana teman-teman lainya mati.
Blacky murung, stress dan terlihat sangat
kurus tanpa tenaga karena ditinggal mati oleh ketiga saudaranya
Dessy Memeluk Jasad anak terakhirnya Blacky
dengan sangat erat
Dessy yang
terbangun akan tidurnya kembali mencari-cari sambil memanggil-manggil anaknya
itu. Dessy pun ku bawa keluar rumah dan akhirnya dia menemani jasad Blacky
disepanjang malam hingga pagi yang dingin dengan wajah yang sangat galau dalam
kesedihan yang beruntun menimpanya. Dan akhirnya Blacky dimakamkan bersebelahan
dengan kuburan teman-temannya di kebun belakang rumah.
Dengan expressy wajah yang sangat terpukul, Dessy
mememani Jasad anaknya Blacky disepanjang malam hingga pagi di atas meja di
luar rumah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar