Rabu, 13 Januari 2016

Kisah Mengharukan Kucing-Kucing Ku



KISAH MENYEDIHKAN KUCING-KUCING KU

Assalamu’alaikum Wr.Wb

       Berhubungan dengan aku dalam keadaan berduka cita atas meninggalnya 4 ekor kucing-kucing ku, disini aku akan berbagi sedikit cerita tentang kisah-kisah mengharukan seputar kucing-kucing ku tersebut.

      Aku punya kucing perempuan, namanya Elizabeth panggilannya Helena, tapi kalau aku memanggilnya tetap saja kuceh-kuceh atau chz-chz-chz seperti panggilan kucing biasa lah. Helena adalah sejenis kucing kampung karok betina yang sangat suka sekali digendong sama aku. Kita pertama kali bertemu ketika aku masih kelas 6 SD di tenda darurat  waktu gempa tahun 2006. Mungkin karena dia dibuang oleh pemilik nya dahulu jadi dia menjadi kucing liar yang berkeliaran kesana kemari tanpa tujuan.
       Karena aku sudah sangat lama sekali pengen punya kucing peliharaan, jadi dia kubawa pulang untuk ku beri makan sampai ia merasa enjoy tinggal dirumahku. Sejak itulah helena mejadi kucing peliharaan yang selalu menemaniku dikala aku sedang sedih sendirian di kesunyian malam.
       Layaknya seperti kucing-kucing betina lainya, helena sangat hobi sekali beranak. Kebiasaan buruknya itu membuatnya sering dimarahi oleh aku ataupun keluargaku. Dari beberapa kali melahirkan, akhirnya dia meninggalkan seekor kucing betina yang ku beri nama Dessy Sitinur Badriyah,panggilannya adalah Dessy atau Echy. Dia sanga mirip sekali dengan ibunya, Helena. Dessy adalah anak satu-satunya yang bisa bertahan dari kematian. Itulah yang membuat Helena sangat memanjakannya bahkan hingga Dessy dewasa, Helena masih tetap menyusuinya.

Dessy mirip sekali dengan Ibunya Helena

Helena tetap menyusui Dessy walaupun Dessy sudah beranjak Dewasa

Foto-foto Dessy waktu msih kecil dengan saudaranya


Suatu ketika Amak ku pernah bilang
    “Nde, banyak na kuciang ko, campak an lah ciek induak nyo ko yoh, babawok kapanyalayan naknyo ko. Kuciang batino ko indak elok dipaliharo doh, tiok sabanta baranak se nyo”. Sejak itulah aku tak pernah lagi bertemu dengan Helena. Entah karena dia benar-benar dibuang, atau mungkin saja dia minggat karena luka perasaan atas ucapan Amak ku tersebut.
        Semenjak kepergian Helena, semuanya jadi teralihkan kepada anaknya, Dessy. Dessy menjadi satu-satunya harapanku untuk tetap bisa memelihara kucing. Dessy menjadi primadona bagi kucing-kucng garong dikampungku. Itu mungkin karena populasi kucing betina jauh lebih sedikit dibandingkan kucing jantan. Itulah yang membuatnya selalu dikejar-kejar oleh kucing garong kapanpun dia berada diluar rumah. Sebenarnya Dessy sudah memiliki  pasangan sejati, namanya Roberto, kucing kuning tampan yang merupakan anak dari Celine Dion, kucing tetanggaku. Mereka sudah menjaling hubungan sejak mereka masih kecil.


Dessy Kiri / Roberto Kanan

 Celine Dion (Ibu Roberto)
        Sama halnyadengan Helena,ibunya, Dessy juga hobi sekali beranak, namun tidak satupun diantara anak-anaknya yang bertahan hidup. Untuk mengantisipasi kebiasaan buruknya itu agar tidak terulang kembali, aku disarankan oleh tetangga untuk memberinya pelajaran dan memarahinya dengan cara memukul telinganya dengan jari sewaktu dia kedapatan berdua-duaan dengan kucing garong. Ternyata cara ini sangat manjur dan terbukti Dessy tidak pernah lagi beranak dalam kurun waktu 3 tahun terakhir.

        Waktu terus berjalan, kitapun sudah melalui hari demi hari bersama-sama. Pernah suatu kejadian Dessy hilang dari rumah. Aku sudah mencarinya kemana-mana tetapi tetap saja tidak ketemu. Apakah dia diculik? Mana ada orang yang mau menculik kucing kampung karok jelek seperti itu, betina lagi. Atau apa mungkin dia mati?. Rasa cemas dan kekhawatiran selalu luput manghantui pikiranku. Sudah seminggu lamanya pencarian, tetap saja tidak menghasilkan apa-apa. Sudah dua minggu kutunggu-tunggu, masih dia tidak pulang. Hingga pada akhirnya akupun mulai pasrah untuk menerima semua cobaan ini. Walaupun agak berat, aku pun mulai mencoba untuk melupakannya dari waktu ke waktu. 
        Pada minggu ketiga, bertepatan pada malam Jum’at Kliwon, Dessy  pulang dalam keadaan hamil tua. Bukannya perasaan senang yang kurasakan atas kerinduan selama ini, melainkan perasaan kekecewaan mendalam yang kudapati, Sh-sh Perihhhh..... sesak nafas didada. Dengan wajah lugu tanpa dosanya itu, dia melangkah kedapur sambil mengeong-ngeong mintak makan seolah-olah suatu hal tidak pernah terjadi. Dengan rasa geram aku langsung kasih dia pelajaran “beraninya kau” lalu kupukuli, kucambuk pakai lidi hingga dia ketakutan, lalu ku usir dia keluar rumah.
        Tiga hari lamanya aku selalu mengusirnya keluar rumah tanpa dikasih makan, tiga hari itu pula dia tetap berusaha untuk masuk kedalam atau menunggu-nunggu di depan pintu. Untuk mencegah dia melahirkan di dalam rumah, Amak ku akhirnya membawanya keladang di kuok (tempatku berladang wartel), kebetulan disana ada sebuah pondok kecil jadi dia bisa melahirkan disana, namun ajaibnya, besoknya Dessy sudah ada saja di rumah sedang mintak-mintak makan. Setelah itu Amak ku mencoba lagi untuk membawanya ke sawah di pandam (tempat aku menanam padi), tidak lama kemudian dia langsung tiba dirumah kembali.Melihat kesungguhannya tersebut, aku pun mulai merasa iba dan menyesal karena sudah keterlaluan memarahinya. Dan akhirnya kubiarkan saja dia masuk. 
        Dessy melahirkan di loteng rumah tepatnya didalam kardus yang sudah ku beri alas kain buruak. Dia melahirkan 2 pasang anak kucing. Yang jantan pertama namanya Mida. Yang kedua namanya Blacky, sebenarna aku kurang setuju kalau namanya Blacky karena Mida berwarna lebih hitam dibandikan dia. Yang betina pertama kuberi nama Mini-Dessy, karena dia mirip sekali dengan Dessy waktu kecil, tapi panggilannya Mini. Matanya  besar lucu terbelalak terus dan bersih. Dan yang betina kedua namanya adalah Kurok,  karena dia paling jelek diantara mereka berempat, kurus, dan buta pula pada mata bagian kanan.

Foto keempat anak-anak Dessy
 Blacky dan Mini
Mida dan Blacky tidur bersama-sama

        Mereka semua sangat hiperaktif dalam bermain kecuali Kurok. Dengan kondisinya seperti itu, dia hanya bisa duduk-duduk di tempat yang agak tinggi melihat ke 3 teman-temannya bermain bersama-sama. Dia sangat suka menyendiri karena takut diganggu oleh saudara-saudaranya yang lain.
        Pada saat anak-anak Dessy tersebut sudah berusia sekitar 2 bulanan, mereka semua pada mogok makan alias tidak punya selera makan dan minum sedikitpun. Akupun mulai bertanya-tanya, kenapa? Why? How come? How could it be? setelah diselidiki ternyata mereka semua sudah keracunan bingkaruang yang dibawa oleh induknya pulang. Itu terlihat dengan mereka sering muntah-muntah berbusa setiap harinya. Hal tersebut lah yang membuat nafsu makan dan minumnya menjadi tidak ada. 
        Satu persatu anak desi mati kelaparan. Yang pertama mati adalah kurok. Dengan kondisi badan yang memang sudah sakit itu membuatnya tidak sanggup  bertahan. Dia ditemukan tewas dengan kondisi badan nyaris tanpa daging di halaman rumah. Kurok dikuburkan di kebun belakang rumah dibawah pohon mangga.
Mida yang pada awalnya paling gendut diantara mereka jadi langsung memprihatinkan. Dari berat 170 ons, menurun manjadi 450 ons. Pada malam harinya, ketika aku sedang tertidur lelap, kira-kira pada pukul 03-00, Mida mengeong-ngeong menyedihkan dikamarku seraya mintak tolong kepadaku. Akupun bagun seketika lalu mengabaikan dia. Pagi besoknya ketika aku hendak membersihkan tumpukan kain dikamarku, aku menemukan Mida sudah terkapar diatas tumpukan kain tersebut dalam keadaan sekarat tanpa tenaga sedikitpun dan kesakitan karena kelaparan dan kehausan.
        Aku sangat merasa sangat bersalah karena telah mengabaikannya pada malam itu. Melihat kondisinya yang sangat memprihatinkan itu aku pun merasa iba dan langsung mencari akal bagaimana agar dia tetap bisa makan dan minum hingga nyawanya bisa tertolong. Akhirnya aku dapat ide yaitu dengan menggunakan sarang suntikan tinta printer kosong tanpa jarum ang sudah dibersihkan lalu membuatkannya bubur. Tapi entah dimana salahnya, ketika kusintikkan bubur tersebut kedalam mulut Mida, dia langsung tersendat-sendat kecekik dan langsung mati disaat itu jua. Jasadnya kukubutkan disebelah kanan kuburan Kurok di kebun belakan rumah.
        Dessy yang tersadar akan kematian berturut-turut anaknya itu merasa sangat terpukul dan sangat sedih. Setelah peristiwa itu, Dessy mulai bersikap over protective terhadap sepasang anaknya yang tersisa yaitu Mini dan Blacky. Dessy bahkan rela menghabiskan sebagian besar waktunya bersama-sama dengan anaknya dibandingkan bermain keluar. Lambat laun, penyakit keracunan Mini dan Blacky mulai menghilang, terutama pada Blacky. Dia sudah bisa kembali makan dengan lahap dan berat badanya pun juga sudah naik drastis. Dia juga sudah bisa bermain kucing-kucingan lagi bersama mini walau mini masih belum mau makan, tapi dia sudah mau menyusu kembali pada ibunya, ya paling tidak itu bisa membuat perutnya tidak kosong.
        Dua hari kemudian, entah apa yang terjadi pada Mini, dia acap kali muntah-muntah berbusa dan tidak mau lagi menyusu pada induknya. Kondisi badanyya pun jauh lebih buruk dari sebelumnya. Dalam keadaan kurus tulang belulang, dia akhirnya sekarat terbaring sambil menghantam-hantam angin menahan kesakitan. Melihat kondisi anak kesayangannya seperti itu, Dessy langsung menghampiri dan memandikan mini dengan menjilati seluruh bagian tubuhnya dengan raut wajah yang sangat sedih seraya minta tolong “selamatkan anakku”. Tepat dipangkuannya lah akhirnya Mini berpulang ke Illahi. Mini dikebumikan diantara kuburan Mida dan Kurok di kebun belakang rumah.
 Jasad Mini-Dessy sebelum dikebumikan di kebun belakang rumah
        Kepergian Mini ini pun menorehkan luka yang sangat dalam tidak hanya bagi Dessy sebagai ibunya yang telah melahirkannya, tapi juga bagiku. Disamping itu Blacky menjadi satu-satunya harapan yang tersisa bagi Dessy untuk bisa tetap punya anak dan bagiku untuk bisa memiliki kucing jantan karena aku sudah menginginkan kucing jantan dari dulu.
        Namun suatu hal yang buruk tidak pernah henti-hentinya datang padanya. Nafsu makan Blacky juga hilang. Dia pun juga mulai sangat murung dan tidak diketahui jelas apa penyebabnya, karena dia bisa dibilang sudah sembuh 98% dari keracunan itu. Sudah kutunggu beberapa hari berikutnya dia masih tidak mau makan dan minum,  setelah ku searching di google ternyata penyebab kematian anak kucing paling banyak yaitu karena stress berat dengan ciri-ciri anak kucing tidak mau makan, murung karena sedih dan kesepian, dan tidak bersemangat untuk hidup. Ini sangat persis dengan apa yang sedang dihadapi Blacky atas kematian teman-temannya. Dan pada akhirnya, Blacky pun juga mati kelaparan persis ditempat dimana teman-teman lainya mati.
Blacky murung, stress dan terlihat sangat kurus tanpa tenaga karena ditinggal mati oleh ketiga saudaranya



Dessy Memeluk Jasad anak terakhirnya Blacky dengan sangat erat
        Dessy yang terbangun akan tidurnya kembali mencari-cari sambil memanggil-manggil anaknya itu. Dessy pun ku bawa keluar rumah dan akhirnya dia menemani jasad Blacky disepanjang malam hingga pagi yang dingin dengan wajah yang sangat galau dalam kesedihan yang beruntun menimpanya. Dan akhirnya Blacky dimakamkan bersebelahan dengan kuburan teman-temannya di kebun belakang rumah.
 
THE END


Dengan expressy wajah yang sangat terpukul, Dessy mememani Jasad anaknya Blacky disepanjang malam hingga pagi di atas meja di luar rumah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar